Menteri Intelijen Republik Islam Iran, Haidar Moslehi, mengucapkan selamat atas keberhasilan dinas intelijenIran membongkar serta menangkap pelaku teror Massoud Ali Mohammadi, ilmuwan fisika nuklir.
“Ini adalah keberhasilan besar di mana Iran mampu mengalahkan sistem intelijen sangat kuat yang didukung oleh negara Barat dan Amerika Serikat (AS),” tambah Moslehi seperti dilaporkan IRNA, Selasa (11/1)
Ucapan selamat itu diucapkan bersamaan dengan peringatan tahun pertama aksi teror terhadap Dr Masoud Ali Mohammadi. Moslehi dalam konferensi pers menyebut hancurnya jaringan Badan Intelijen Zionis Israel (Mossad). Dikatakannya, jaringan intelijenMossad berhasil disusupi tanpa sadar. Ia menambahkan, “Agar musuh Iran mengetahui kemampuan kami terhadap jaringan mata-mata dan teroris, maka di sini saya tandaskan bahwa Dinas Rahasia Israel merekrut agen-agennya dengan menggunakan sistem sel dan tanpa sadar tersusupi.”
Pengakuan Pelaku Teror
Majid Jamali Fashi, seorang anggota jaringan teroris Mossad dalam sebuah acara televisi menjelaskan proses dan mekanisme latihan terorisme di sebuah pangkalan dekat Tel Aviv. Dikatakannya, “Pada perjalanan ke Tel Aviv, saya berkenalan dengan beberapa pejabat senior Israel di sebuah pangkalan di jalan raya antara Yerusalem dan Tel Aviv. Di sana, saya belajar hal-hal yang berbeda seperti menguntit dan penanaman bom di bawah kendaraan.” Ia juga mengaku mendapat pelatihan khusus melaksanakan aksi peledakan bom mobil dari sebuah motor.
Dalam pengakuannya, Fashi juga menjelaskan proses pengenalannya dengan jaringan teroris Mossad. Ia mengatakan, “Sekitar tiga tahun lalu, saya bepergian ke Istanbul. Dari situlah, saya mulai mengenal salah satu anggota Mossad dan kemudian menjalin hubungan dengannya.” Pelaku aksi teror ilmuwan fisika Iran itu juga melihat berbagai tempat dan sistem keamanan di Tel Aviv dari dekat.
Lebih lanjut Fashi mengakui bahwa dirinya dilengkapi berbagai fasilitas untuk aksi spionase seperti kamera digital, telepon genggam, laptop dengan dua windows yang nampak dan tersembunyi.
Mengenai rincian operasi teror terhadap Masoud Ali Mohammadi. Fashi mengatakan, “Setelah melalui pelatihan ketat di pangkalan tersebut, saya mulai mahir. Kemudian saya diberi peta detail rumah Ali Mohammadi dengan harapan dapat mengenal lebih dekat lingkungan dan kondisi rumahnya.”
Terkait jaringan pelik yang dirancang oleh Mossad, Menteri Intelijen Republik Islam Iran, Moslehi, menjelaskan, “Mengingat dukungan penuh BadanIntelijen AS (CIA) dan sejumlah negara Barat, identifikasi dan penangkapan pelaku aksi teror terhadap Mohammadi membuktikan keunggulanintelijen Republik Islam Iran atas mereka.” Hal inilah yang mengundang perhatian luas media-media pers di kawasan dan dunia.
Kekompakan AS, Israel dan Inggris
Aksi teror terhadap Masoud Ali Mohammadi dan aksi teror setahun kemudian atas Dr Majid Shahriari dan Dr Fereydoun Abbasi Davani yang juga pakar fisika Republik Islam Iran tidak terlepas dari peran Mossadyang bekerjasama dengan CIA dan Badan IntelijenInggris (MI6). Keterlibatan badan-badan intelijen itu juga diakui oleh media-media Barat.
Setelah aksi teror terhadap para pakar fisika asal Iran, media-media Barat melaporkan, Mossad dan CIA ada di balik aksi itu. Televisi France 24 menyebut tim ahli dan profesional sebagai dalang di balik aksi teror terhadap Dr Ali Mohammadi. Disebutkannya pula, Zionis Israel juga terlibat dalam aksi teror atas pakar fisika asal Iran itu.
Direktur French Institute of Strategic Analysis, Francois Gere, dalam wawancaranya dengan Televisi France 24 mengatakan, “Aksi teror atas Mohammadi bukanlah pekerjaan orang-orang biasa. Ini adalah aksi serius yang melibatkan orang-orang yang profesional.” Ia juga mengakui bahwa Zionis Israel serta sejumlah negara dan lembaga secara teknis terlibat dalam aksi teror ini.
Koran The Independent, terbitan Inggris dalam artikelnya yang ditulis Yossi Malman, pakar masalah strategis, menyatakan bahwa Badan Intelijen Zionis Israel, AS dan Inggris terlibat dalam aksi teror terhadap dua pakar fisika Iran, Dr Majid Shahriari dan Dr Fereydoun Abbasi Davani.
Masih mengenai keterlibatan pihak-pihak asing dalam aksi teror terhadap para pakar fisika Iran, Bruce Riedel juga berkomentar terkait peran Zionis Israel dalam berbagai teror. Riedel adalah mantan anggota CIA yang pernah bekerja untuk agen ini selama 30 tahun di Pakistan dan Afghanistan. Selain menjadi agen, Riedel juga berperan sebagai pengamat CIA untuk urusan-urusan strategis. Dalam artikel yang dimuat di The Independent, Riedel mengungkap sejarah aksi teror Mossad di pelbagai negara sambil menyebutkan keterlibatan sejumlah teror Mossad di sejumlah negara.
Artikel Riedel menyebutkan, “Israel mempunyai sejarah panjang dalam meneror musuh-musuhnya. Sebagai contoh, Mossad meneror banyak tokoh Palestina yang di antaranya adalah Ali Hassan Salamah. Dalam sejumlah operasi, tentara Israel terlibat langsung, dan dalam sejumlah aksi teror lainnya, rezim ini memasang bom mobil. Pada tahun 1998, Mossad meneror seorang tokoh Hamas di Yordania.”
Artikel Riedel menyebutkan, “Israel mempunyai sejarah panjang dalam meneror musuh-musuhnya. Sebagai contoh, Mossad meneror banyak tokoh Palestina yang di antaranya adalah Ali Hassan Salamah. Dalam sejumlah operasi, tentara Israel terlibat langsung, dan dalam sejumlah aksi teror lainnya, rezim ini memasang bom mobil. Pada tahun 1998, Mossad meneror seorang tokoh Hamas di Yordania.”
Tak dapat dipungkiri, Zionis Israel mempunyai pengalaman dan sejarah panjang dalam aksi teror. Aksi-aksi ganas semacam itu masih berlaku hingga kini. Belum lama ini, Mossad juga meneror tokoh Hamas, Mahmoud Al-Mabhouh di Dubai pada Juni tahun lalu.
Menyusul aksi teror terhadap dua pakar fisika asal Iran yang terjadi belum lama ini, Koran Haaretz dan situs Departemen Luar Negeri Zionis Israel menyebutnya sebagai keberhasilan Ketua Mossad, Meir Dagan. Dengan demikian, Tel Aviv secara terang-terangan mengakui keterlibatannya dalam aksi teror terhadap para pakar fisika asal Iran.
Kemenangan Intelijen Iran
Hal yang menarik, Badan Intelijen Republik Islam Iran bukan hanya berhasil menangkap para pelaku di balik teror terhadap Masoud Mohammadi, namun juga dapat menghancurkan jaringan pelik yang dibangun Mossad. Disebutkan bahwa jaringan itu menggunakan sistem sel, bahkan unsur-unsur yang dilibatkan tidak mempunyai hubungan dengan lainnya atau sistem terputus yang berfungsi menghilangkan jejak. Dengan mengetahui satu sel atau unsur saja tidak dapat dijadikan sebagai benang merah untuk melacak sel atau unsur-unsur lainnya. Inilah kehebatan jaringan yang dibuat Mossad saat ini untuk mengobrak-abrik Republik Islam Iran. Meski demikian, DepartemenIntelijen Iran tidak kehilangan akal untuk menjebol jaringan itu.
Personel intelijen Iran yang dikenal dengan nama Sarboze Gumnam-e Imam Zaman af berhasil menembus jaringan Mossad. Tanpa adanya akses kuat ke dalam tubuh Mossad, jaringan sel dengan sistem terputus itu tidak akan mungkin dijebol. Semua ini menunjukkan bahwa intelijen Iran mampu unggul di depan badan-badan intelijen Barat, khususnyaMossad, CIA dan MI6.
Satu tahun telah berlalu dari aksi teror Mohammadi, intel Iran mampu menjebol jaringan rumit Zionis Israel di Iran. Opsi kekerasan dengan meneror para tokoh menunjukkan bahwa para musuh dihadapkan pada jalan buntu untuk menghadapi Republik Islam Iran. Selama ini, tekanan politik, intimidasi serangan militer dan sanksi ekonomi tidak mampu mengendorkan tekanan atas bangsa Iran untuk mempertahankan independensi di hadapan kekuatan arogansi dunia. Pada akhirnya, Barat membangun jaringan yang berfungsi melancarkan kekerasan di Iran. Akan tetapi upaya itu kembali gagal setelah terbongkarnya jaringan ini. Menurut para pengamat politik, hancur leburnya jaringan Zionis Israel di Iran dapat disebut sebagai kekalahan telak ketiga Israel setelah perang 33 hari di Lebanon dan perang 22 hari di Gaza.
0 comments:
Post a Comment