Masjid Baiat. (Foto: Ahmad Dhani/okezone)
MADINAH - Pelebaran lokasi jamarat tempat melempar jumroh di Mina, Kota Makkah, ternyata tak hanya bermanfaat bagi jamaah haji untuk kenyamanan melontar jumroh. Dalam pelebaran itu, juga tak sengaja ditemukan sebuah masjid kuno berusia puluhan abad lalu.
"Waktu saya jadi petugas haji antara tahun 2005 atau 2006 itu baru proses pengerukan lokasi Jamarat. Pas dikeruk tak sengaja buldoser menyentuh batu besar yang ternyata dinding masjid," kata Sekretaris Daker Madinah, Surahmat saat berbincang menceritakan awal penemuan masjid kuno itu.
Masjid itu kini dinamakan baiat. Jaraknya tak lebih dari 50 meter dari Jamarat. Masjidnya kini berwarna krem tidak beratap, berukuran sekitar 7 X 10 meter, tapi tidak ada jemaah di dalamnya.
Bagaimana mungkin ada jemaah, pagar besi yang mengelilinginya selalu dikunci siang malam. Lagi pula tak ada tempat berwudhu dan toilet sebagaimana lazimnya masjid. Meski demikian, pengunjung bisa melihat isi dalamnya masjid. Sebab, pintu dari sayap kanan tak berpintu.
Masjid Baiat dibangun pada masa keemasan Dinasti Abassiyah di tahun 200 H/700 Masehi. Pembangunan masjid itu untuk menghormati Abbas bin Abdul Muthalib. Abbas adalah paman Rasulullah saw, yang anak keturunannya kemudian membangun Dinasti Abbasiah.
Masjid ini konon sempat terkubur tanah. Namun dalam proses pembangunan besar-besaran Jamarat, buldozer yang melakukan pengerukan tanah terantuk batu yang sangat keras. Setelah diteliti, ternyata batu keras tersebut merupakan masjid. Maka, masjid itu dibiarkan seperti apa adanya.
Kini Masjid Baiat dijadikan tempat bersejarah oleh pemerintah Arab Saudi. Masjid yang diambil dari proses pembaiatan kaum Yastrib (Madinah) terhadap Rasul untuk tidak berbuat syirik ini kini pun seperti bangunan tua di antara bangunan nan megah di jamarat.
Wikipedia menjelaskan, baiat di Aqabah terjadi dua kali. Baiat Aqabah pertama yang terjadi tahun 621 M, yaitu perjanjian antara Rasulullah dengan 12 orang dari Yatsrib yang kemudian mereka memeluk Islam. Baiat Aqabah ini terjadi pada tahun kedua belas kenabiannya. Kemudian mereka berbaiat (bersumpah setia) kepada Muhammad.
Adapun isi baiat itu, penduduk Yatsrib tidak akan menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun, mereka akan melaksanakan apa yang Allah perintahkan, dan ketiga, mereka akan meninggalkan larangan Allah.
Setahun kemudian, tahun 622 M, Rasulullah kembali melakukan baiat di Aqabah. Kali ini perjanjian dilakukan Rasulullah terhadap 73 orang pria dan 2 orang wanita dari Yatsrib. Wanita itu adalah Nusaibah bintu Ka'ab dan Asma' bintu 'Amr bin 'Adiy. Perjanjian ini terjadi pada tahun ketiga belas kenabian. Mushab bin Umair yang ikut berbaiat pada Baiat Aqabah pertama kembali ikut bersamanya beserta dengan penduduk Yatsrib yang sudah terlebih dahulu masuk Islam.
Semakin kaya sudah sejarah kejayaan Islam masa lalu di Saudi. Tentu sebagai umat akhir zaman, sejarah perlu kita pelajari agar bisa menata kehidupan menuju kejayaan yang didambakan. (hri)
0 comments:
Post a Comment